METODE AUDIOLINGUAL DALAM PEMBELAJARAN MAHARAH AL-KALAM
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufik sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sampai kepada kita, semoga kita mendapat syafaatnya kelak di akhirat. Amin.
Makalah ini berjudul “Metode audiolingual (at-Tariqah as-Sam’iyyah wa as-Safawiyah)” disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen pengampu mata kuliah Model dan Metode Pebelajaran Bahasa Arab. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saran dan sumbangsih pemikiran kontruktifnya sangat kami harapkan guna pengembangan kedepannya. Semoga kami semua mendapat ridha Allah SWT. Amin.
Yogyakarta, 28 November 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai
kemampuan untuk menguasai bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang
berbeda. Seperti dalam hal tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan
dasar yang dimiliki, motivasi intrinsik maupun ekstrinsik.
Metode merupakan suatu cara yang digunakan
dalam pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa Arab. Metode ini digunakan guna
mempermudah dalam pencapaian pembelajaran bahasa itu sendiri. Dalam pembelajaran bahasa arab kita kenal dengan yang namanya meteode audiolingual yang merupakan salah satu metode pengajaran bahasa.
Metode audiolingual adalah suatu metode yang
banyak melakukan praktik-praktik dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam
bentuk dialog, khutbah, dan lain sebagainya yang diharapkan para siswa dapat
berbahasa seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode audiolingual pada dasarnya merupakan pengembangan
dari metode langsung yang metode langsung yang dirasa memiliki kelemahan
terutama dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa.
Melihat adanya peningkatan kebutuhan akan penguasaan bahasa asing secara cepat, para pengajar bahasa asing memandang perlu adanya metode yang dipandang lebih berhasil guna. Maka sejak itulah Metode Audiolingual sangat populer digunakan dalam pengajaran bahasa asing.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian metode audiolingual?
2.
Apa konsep dasar metode audiolingual?
3.
Bagaimana cara penerapan metode ini dalam pembelajaran
bahasa?
4. Apa kelebihan dan kekurangan metode audiolingual
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian metode audiolingual.
2.
Mengetahui konsep dasar metode audiolingual.
3. Mengetahui langkah penerapan metode audiolingaul dalam pembelajaran.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode audiolingual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode Audiolingual
Metode
audiolingual (al thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah / audiolingual method)
merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran bahasa asing. Terlebih
metode ini juga menjadi salah satu metode sumber yang menjadi landasan
munculnya beberapa metode lain seiring berjalannya waktu dan berkembangnya
proses pembelajaran.
Metode audiolingual
mula-mula muncul di amerika serikat (AS). Kelahirannya tidak terlepas dari
konteks sosial politik negara itu, yaitu ketika
terjadinya pergolakan perang dunia II.[1]
Saat terjadinya desakan keadaan karena kekalahan peperangan, untuk mem buat
kekuatan baru demi menjaga dan bekerja di wilayah-wilayah ekpansinya, AS
memerluakan para militer yang dapat mengusai bahasa asing di negara-negara
jajahannya dengan penguasaan bahasa secara cepat. Akhirnya AS menugaskan
Universitas untuk merencakan program pengajaran bahasa asing yang diperlukan
oleh para personalia militer dan dibentukalah suatu badan atau program yang dinamakan Army Specialized Training Program (ASTP) pada tahun
1942. Tujuan program ini adalah agar peserta didik memiliki keterampilan
berbicara dalam beberapa bahasa asing.
Oleh karena
tujuan ini bukan hal lazim di AS pada waktu itu, maka diperlukan pendekatan dan
metode yang “lain dari yang lain”, maka muncullah metode yang dikenal dengan army
method. Pada mulanya metode in ditujukan untuk kalangan militer tetapi
selanjutnya digunakan untuk umum. Metode ini pada dasarnya mengintensifkan
prinsip-prinsip pada Direct Method atau metode langsung yang
dikembangkan oleh Carles Berlitz di Jerman menjelang abad ke-19.
Metode ini merupakan
sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada kegiatan intensif dalam
komunikasi, latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, atau teks bacaan.
Melihat adanya peningkatan kebutuhan akan penguasaan bahasa asing secara cepat,
maka perlu metode yang dipandang lebih berhasil guna. Maka pada tahun 1950-an
muncullah metode audiolingual. Sangat itulah metode audiolingual sangat
populer digunakan dalam pengajaran bahasa sing.
B. Konsep dasar metode Audiolingual
Ada dua
pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, sebagaimana kita ketahui,
yaitu teori tata bahasa tradisional dan struktural. Keduanya memiliki pandangan
yang saling berbeda dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini adanya
tata bahasa uang semesta, sedangkan teori struktural meyakini bahwa struktur
bahasa-bahasa di dunia tidak sama; menurut teori tradisional bahasa yang baik
dan benar adalah menurut para ahli bahasa (dalam istilah linguistik disebut
preskriptif), sedangkan menurut teori struktural bahasa yang baik dan benar
adalah yang digunakan oleh penutur asli (dalam istilah linguistik disebut
deskriptif)[2].
Metode
audiolingual adalah metode yang mandasarkan diri kepada pendekatan struktural
dalam pembelajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini menekankan
penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan
memulainya dari sistem bunyi (fonologi), kemudian sistem pembentukan kata
(morfologi), dan sistem pembentukan kaimat (sintaksis).
Teknik drill
merupakan yang sering dipakai dalam penerapan metode dalam proses belajar
mengajar. Drill ialah suatu tetknik pengajaran bahasa yang dipakai oleh semua
guru bahasa pada suatu waktu untuk memaksa para pelajar mengulang dan
mengucapkan suatu pola kalimat dengan baik dan benar(Ba’labaki, 1990: 161).
Akhirnya dengan
teknik seperti ini akan melahirkan suatu kebiasaan yang baik dalam berbahasa,
yang kemudian disebut dalam teori psikologi dengan behaviorisme (rangsangan –
respons / stimulus – respons – reinforcement)
Pandangan ini
menjadi dasar yang kuat bagi metode audiolingual dalam pengajaran
bahasa. Selanjutnya melahirkan dasar pemikiran tertentu yang membendakannya
dengan yang lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh (al-Naqah, Badri) bahawa
bahasa adalah ujaran, bukan tulisan; bahasa terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan;
yang harus dipelajari adalah bahasa, bukan tentang bahasa; bahasa bukan untuk
dibicarakan tetapi harus digunakan; bahasa di dunia memiliki perbedaan. Selain
itu al-Khuli (1982: 23-24) menambahkan dasar lain dengan adanya turunan berbahasa
yang harus diajarkan yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Konsep ini mengandung arti bahwa:
a. Dasar berbahasa adalah percakapan, sedangkan
tulisan adalah bagian dari percakapan. Maka materi yang perlu diprioritaskan
delam pengajaran bahasa asing atau bahasa tujuan adalah memahami pembicaraan
dan berbicara, setelah itu baru aspek lain, yaitu membaca dan menulis.
b. Cara yang tepat untuk mengajarkan bahasa asing
atau bahasa tujuan adalah membentuk kebiasaaan berbahasa. Untuk
melahirkan kebiasaan-kebiasaan maka perlu memberikan stimulus untuk mendapatkan
respon yang kemudian diberikan penguatan.
c. Materi yang harus dipelajari adalah bahsa
asing atau bahasa tujuan itu, bukan materi mengenai bahasa. Artinya metode ini
memiliki prinsip yang bertolak belakang dengan metode kaidah dan terjamah,
yaitu tidak memperhatikan aspek kaidah bahasa maupun terjemahan.
d. Para ahli bahasa struktural menolak adanya pikiran tata bahasa semesta yang memandang adanya kaidah-kaidah bahasa secara keseluruhan. Akan tetapi sebaliknya mereka memandang bahwa setiap bahasa di dunia memiliki kaidah masing-masing yang berbeda dengan yang lainnya.
C. Ciri-ciri
Metode Audiolingual
Metode
Audiolingual merupakan salah satu metode dari beberapa metode yang berpusat
pada bahasa, dimana setiap metode memiliki konsep dasar dan ciri khasnya
masing-masing. Kemunculan metode yang baru merupakan respons dari metode
sebelumnya akibat ketidakpuasan atas pengajaran bahasa dengan metode tersebut.
Perbedaan persfektif dan konsep dasar ini akan berimplikasi pada ciri
pengajaran bahasa yang berbeda pula.
Adapun diantara
ciri khas yang menonjol dari metode ini antara lain adalah[3]:
1. Memiliki rangkaian pembelajaran yang
sistematis, dari menyimak ke berbicara baru kemudian membaca dan menulis.
Dengan rangkain ini dipahami adanya tujuan pembelajaran bahasa secara seimbang
2. Keterampilan menulis diajarkan sebatas pada
pola kalimat dan kosakata yang sudah dipelajari secara lisan, karena pelajaran
menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara.
3. Menghindari sebisa mungkin penerjemahan
bahasa.
4. Menekankan pada peniruan, penghafalan,
asosiasi, dan analogi.
5. Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola yang berurutan; stimulus ke respons ke reinforcement
D. Langkah Penerapan Metode Audiolingual
Sebagaiana nama
metode ini, yaitu mendengar dan berbicara maka dalam aplikasinya lebih menekankan
dua aspek ini sebelum kepada dua aspek lainnya. Jika melihat konsep dasarnya,
maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aplikasinya, yaitu:
a. Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara,
lalu membaca dan akhirnya menulis.
b. Tatabahasa harus disajikan dalam bentuk
pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik situasi-situasi sehari-hari.
c. Latihan (drill/ at tadribat) harus
mengikuti operant-conditioning seperti yang telah dijelaskan. Dalam hal ini
hadiah adalah baik diberikan.
d. Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari
yan gmudah kepada yang sukar atau bertahap (hierarkis)
e. Kemungkinan-kemungkinan untuk membuat
kesalahan dalam memberi respon harus dhindarkan, sebab penguatan positif
dianggap lebih efektif dari pada penguatan negatif. (nababan, 1993: 22)[4]
Adapun contoh pembelajaran bahasa arab dengan metode audiolingual adalah :
a.
Pertama :
Seluruh siswa mngulangi baris-baris percakapan baru mengikuti contoh yang diberikan pleh guru untuk menjelaskan makna-makna kalimat tersebut. Guru membuat gambar yang terdapat dalam percakapan di papan tulis. Dimulai dengan siswa mengulangi baris-baris kalimat secara bersama-sama. Bila sebuah kalimat telah diucapkan dengan baik maka guru akan membagi kelas menjadi dua kelompok dan baris kaoimat pertama diulangi dengan berbalas-balasan, dan dilanjutkan secara individu sampai seluruh siswa mengualngi mengucapkan kalimat-kalimat baru.
b.
Kedua :
Guru
beralih ke latihan pola. Pada fase ini segala struktur yang dipakai dalam
percakapan kini dilatihkan satu demi satu. Pertama-tama secara bersama-sama
siswa mengulangi kalimat yang dilatihkan setelah guru member contoh, kemudian
siswa membuat perubahan-perubahan kalimat sesuai dengan petunjuk guru.
Perubahan bisa mnegenai mufradat, sharaf yang beraneka ragam sampai bisa
dianggap seluruh siswa bisa membuat perubahan-perubahan dengan mudah.
c.
Ketiga :
Serangakaian
kalimat dipakai sebagai kegiatan konsolidasi akhir. Para siswa bergantian
mengajukan pertanyaan atau memberikan petunjuk, berdasarkan urutan dari siswa
ke siswa lain dalam rangkaian stimulus
dan responsi. Guru memberi pekerjaan rumah yang berkaitan dengan pelajaran yang
akan datang yang terdiri dari menyimak rekaman dan melatih lebih banyak lagi
dan mendengarkan percakapan-percakapan dalam rekaman, berikut mencatat beberapa
kata atau ungkapan dari teks.
Dalam sepanjang perjalan, guru menuntut bentk-bentuk yang tepat dan benar. Setiap terjadi kesalahan langsung dibenarkan dan menyuruh siswa lain mengurangi yang benar secara bersama-sama dan kemudian diulangi oleh siswa yang membuat kesalahan.
E. Kelebihan Dan
Kekurangan Metode Audiolingual
Sebagaimana
meetode langsung, metode audiolingaul memiliki kelebihan dan kekurangan.
Berdasarkan karakteritik metode ini, kita bisa melihat beberapa aspek kelebihan
dan kekuranganya:
Adapun aspek kelebihannya antara lain:
a.
Memberi banyak latihan dan praktik dalam aspek keterampilan
menyimak dan berbicara.
b.
Para siswa menguasai pelafalan yang baik dan benar.
c.
Para siswa terampil dalam mebuat pola-pola kalimat seperti yang
telah dilatihkan atau dicontohkan oleh gurunya.
Sedangakan aspek kekurangannya antara lain
a.
Sangat mebutuhkan guru yang terampil dan cekatan
b.
Ulangan seringkali membosankan serta menghambat penghipotesisan
kaidah-kaidah bahasa.
c.
Kurang sekali memberi perhatian pada ujaran/tuturan spontan, karena
para siswa dilatih merespon secara mekanistis terhadap respon stimus, dan bersifat serentak (atau secara
individual) seperti “membeo”, dan sering tidak mengetahui makna yang
diucapkannya.
d. Para pelajar tidak begitu berperan aktif secara kompetensi, mereka hanya memberikan respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru.
F. Keterampilan
berbicara (al Kalam)
1. Definisi Kalam
Keterampilan berbicara adalah keterampilan
yang penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan
yang dipelajari oleh para pembelajar dan kerap kali menjadi kebiasan yang
dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Yang dimaksud dengan kalam adalah pengucapan
bunyi-bunyi berbahasa arab dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah
bunyi-bunyi yang berasal dari makhrajnya yang dikenal oleh para linguistik.
Sedangkan maharah kalam adalah berbicara secara terus menerus tanpa henti tanpa
mengulang kosakata yang sama dengan menggunakan pengungkapan bunyi.[5]
Dalam keterampilan berbicara yang mementingkan isi dan makna dalam penyampaian pesan secara lisan, berbagai bentuk dan cara dapat digunakan dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara dan salah satunya adalah dengan menggunakan metode audiolingual. Penggunaan metode ini tidak terlepas dari tingkat penguasaan kemampuan berbahasa yang telah dimiliki oleh siswa. Bentuk pengajaran berbicara dapat meliputi kegiatan penggunaan bahasa lisan dengan tingkat kesulitan yang beragam.
2. Tujuan
keterampilan kalam
Tujuan pembelajaran kalam adalah sarana berinteraksi dengan orang lain dan memahami apa yang diinginkan penutur. Pembelajran ini dimulai setelah siswa mengetahui bunyi huruf-huruf bahasa arab, mengetahui perbedaan antara bunyi huruf satu dengan huruf yang lainnya yang berbeda.[6]
3. Prinsip-prinsip
pengajaran keterampilan kalam
Setelah tujuan ada prinsip pengajaran
keterampilan kalamAgar pembelajar baik bagi non arab, maka perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
1.
Hendaknya guru memiliki kemampuan yang lebih tinggi
tentang keterampilan ini
2.
Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa
(bahasa pembelajar dan bahasa arab)
3.
Memulai dengan kosa kata yang mudah
4.
Memfokuskan pada bagian keterampilan berbicara
5. Memperbanyak latihan-latihan (drill), seperti latihan pengucapan bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dsb.
G. Cara Penggunaan
Metode Audiolingual dalam Pembelajaran Maharah Berbicara
Penerapan
metode audiolingual dalam keterampilan kalam sangat memberikan kontribusi yang
banyak untuk menghasilkan hasil belajar yang optimal, dimana salah satu tujuan
dari keterampilan kalam adalah kepandaian berkomunikasi menggunakan bahasa arab
secara sepontan dan kontinu sama halnya dengan bahasa pertamanya.
Adapun cara
atau teknik penerapan metode audiolingual dalam maharah kalam sangalah banyak,
namun pada intinya memfokuskan pada pembiasaan, latihan dan pengulangan. Salah
satu cara penggunaan Metode audiolingual dalam maharah kalam ialah dengan cara
menggunakan “Strategi Simak – Ulang, drill ”, artinya guru membacakan teks
terlebih dahulu, kemudian siswa menirukannya. Atau dengan cara latihan
berbicara dengan pembendaharaan kosakata yang sudah dimilikinya. Dengan metode
seperti ini siswa diharapkan dapat terbiasa melafalkan bahasa arab dengan
lancar serta dapat menjadikannya terbiasa dengan berbahasa arab bahkan sampai
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari,
Contoh:
1. Guru
membacakan teks:
فِى السَّاعَةِ التَّاسِعَةِ مِنْ صَبَاحِ الْيَوْمِ، دَقَّ جَرَسُ التِّلْفُوْنِ
فىِ غُرْفَتِى بِالْفُنْدُوْقِ
2. Murid di
minta untuk melafalkannya (menirukannya)
Metode semacam
ini sangat cocok untuk tingkatan pemula, dimana kemampuan yang pertama akan ditonjolakan
adalah pembiasaan melafalakn bahasa arabnya sesuai dengan konsep dasar metode
ini. Gurupun dituntut untuk bisa menyuesuaikan tingkat kesulitan kalimatnya, seperti
misalnya pada tingkat dasar, guru mendikte per-kata, untuk tingkat lebih tinggi
bisa dengan gabungan beberapa kata, dan begitupun seterusnya.
Selain itu,
bisa saja guru menerapakannya pada tingkat lebih atas dengan skala yang tidak
terlalu intens karena hal itu akan membuat proses pembelajaran akan terasa
monoton, bosan, dan kurang mengeksplor kemampuan peserta didiknya. anya saja peserta
didik harus bisa menyesuaikan tingkat kesulitan kalimatnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode audiolingual adalah suatu metode yang
banyak melakukan praktik-praktikdan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam
bentuk dialog, khutbah, dan lain sebagainyayang diharapkan para siswa dapat
berbahasa seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode audiolingual pada dasarnya merupakanpengembangan dari metode
langsung yang metode langsung yang dirasa memiliki kelemahan terutama dalam
menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa.
Audiolingualisme merupakan istilah yang
diciptakan oleh professor Nelson Brooks pada tahun 1964 yang menuntut perubahan
pengajaran bahasa dari suatu seni menjadi suatu ilmu yang akan memudahkan para
pembelajar memperoleh penguasaan bahasa asing secara efisien dan efisien. Diantara kelebihan metode audiolingual adalah memberi banyak
latihan dan praktik dalam aspek keterampilan menyimak dan berbicara, para siswa
menguasai pelafalan yang baik, selain itu juga para siswa terampil dalam mebuat
pola-pola kalimat seperti yang telah dilatihkan
Lewat metode audiolingual diharapkan pembelajaran bahasa arab di
sekolah-sekolah dapat lebih mudah baik bagi para guru dan siswanya.
B.
Saran
Daftar Pustaka
Hermawan,.
Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja Rosdakaarya
Mustaf,. Bisri, dan Hamid Abdul. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Maliki Press
Wahab,. Abd, Rosyidi dan Ni’mah,.
Mamlu’atul. 2012. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:
UIN-Maliki Press
https://ikrimahmaifandi.wordpress.com/2013/01/19/penggunaan-metode-audio-lingual-dalam-maharah-kitabah/
[1] Acep Hermawn, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab,. Bandung, hlm. 184
[2] Ibid, hlm. 185
[3] Abd. Wahab Rosyidi dan
Mamlu’atul Ni’mah,. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang.,
hlm. 53-54
[4] Acep Hermawn, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab,. Bandung. hlm. 189
[5]Ibid, hlm. 89
[6] Abd. Wahab Rosyidi dan
Mamlu’atul Ni’mah,. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang.,
hlm. 91
Komentar
Posting Komentar